Pasir pantai yang putih, air laut yang jernih, ikan-ikan kecil bolak-balik di air yang dangkal, pohon-pohon nyiur yang melambai, bahkan tidak perlu pergi jauh ke Bali atau Lombok untuk menemukannya. Cukup di sini, Pulau Kerayaan.
Perjalanan darat penuh goncangan dari Kotabaru ke Tanjung Lalak kemarin tidak mampu meruntuhkan semangatku untuk sekali lagi menempuh perjalanan menantang menuju Pulau Kerayaan. Sebuah pulau yang masih tanda tanya besar dikepalaku, karena meskipun masih berada di Kalimantan Selatan, aku belum pernah mendengarnya. Dari Tanjung Lalak ke Pulau Kerayaan harus di tempuh dengan perjalanan laut menggunakan perahu ukuran sedang yang terbuat dari kayu.
Dari dermaga Tanjung Lalak, jajaran pulau-pulau diseberangnya seperti Pulau Kerasian dan Pulau Kerayaan sudah terlihat, menandakan jarak yang tidak terlalu jauh. Pagi itu aku sudah bersiap-siap untuk menyeberang. Melihat ombak yang memutih di kejauhan cukup menciutkan hati, lebih-lebih melihat perjalanan perahu sejenis yang akan kami naiki-naik turun di antara gelombang laut. Namun dengan menguatkan hati, kutempuh juga perjalanan laut ini.
Benar juga, setelah berada perahu, gelombang pagi itu memang besar. Kadang perahu yang aku naiki melambung jauh diatas, sehingga pemandangan sekitar terlihat jelas, berikutnya perahu tersebut melesak di bawah gelombang, sehingga seolah-olah berada di bawah batas air. Belum lagi cipratan air yang membasahi. Untungnya aku bukanlah orang yang mudah mabuk.
Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam. Selama perjalanan banyak terdapat bagang-bagang (bangunan kayu untuk menangkap ikan) yang berdiri ditengah laut. Beberapa pulau dilewati, termasuk Pulau Kerasian. Sayangnya kali ini aku tidak berkesempatan mengunjunginya.
Akhirnya perahu merapat di dermaga Pulau Kerayaan. Langsung terlihat bahwa meskipun pulau ini tidaklah terlalu besar, namun suasananya cukup ramai. Menurut informasi yang kudapat, terdapat 2 desa dipulau ini dengan 6000 jiwa. Dalam waktu-waktu tertentu juga terdapat lomba perahu katir (perahu kecil berlayar) sebagai obyek wisata yang rutin dilaksanakan. Sayang aku tidak datang diwaktu pelaksanaan lomba tersebut.
Melihat air laut disekitar dermaga yang jernih, ikan-ikan kecil berenang disela-sela perahu, membuat aku senang berada dipulau ini. Suasana kampung nelayan yang cukup tertata dan bersih menjadi nilai plus bagi pulau ini. Belum lagi pantai pasir putihnya, sungguh sebenarnya Kabupaten Kotabaru memiliki aset pariwisata yang berharga dipulau ini.
Sayangnya, seperti juga di Tanjung Lalak, disini listrik hanya terdapat dimalam hari. Padahal dekat pulau ini merupakan lintasan tongkang-tongkang besar pengangkut batubara, yang jika mau menyisihkan berapa kubik saja perhari, pasti kebutuhan listrik pulau-pulau disekitar akan terpenuhi.
Pada akhirnya, aku sangat senang berada dipulau ini. Hunting foto disekitar pantai cukup banyak obyek menarik. Ingin sebenarnya bermalam lebih lama, tapi karena rombongan yang ku ikuti harus balik hari itu, terpaksa keinginan ini ditunda dilain waktu. Mudahan lain kali dapat mengunjungi pulau ini disaat momen lomba perahu katir yang cukup langka untuk diperoleh.
Perjalanan laut saat pulang lebih bersahabat daripada perjalanan sebelumnya, sehingga dapat dinikmati. Panas cukup menyengat di kulit, jadi untuk kedatangan selanjutnya sebaiknya persiapkan topi, jaket dan sunblock. Satu-satunya hal yang cukup berat dalam perjalanan ini adalah rusaknya akses jalan darat, yang semoga dalam kunjungan berikutnya kalau diberi kesempatan (Aamiiin..) akan lebih baik. Tidak ada salahnya kupikir jika Pemerintah Kabupaten Kotabaru memperbaiki akses jalannya, menyediakan fasilitas listrik dan air bersih yang memadai serta menarik investor untuk membangun resort-resort pantai, karena potensinya cukup banyak terdapat, sehingga pariwisata akan menjadi pemasukan daerah yang berarti. Sayangkan jika potensi itu tidak dimanfaatkan…. So..go happy hunting***